GASSTAMNEWS.COM - Gabungan masaa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) serta Gerakan Mahasiswa Pejuang Rakyat (GEMPAR) serta Koalisi Pemuda Siantar Simalungun (KOPASIS) melakukan aksi unjuk rasa untuk mendukung hak angket DPR dalam mengusut dugaan kecurangan pemilu 2024.
Selain itu, massa juga menuding terkait maraknya peredaran narkoba di Pematang Siantar yang diduga dibackingi oknum dari Polres Pematang Siantar.
Awalnya aksi demonstrasi pada Senin 25 Maret 2024 pukul 10.00 WIB dimulai dari tugu becak menuju Polres Pematang Siantar dan DPRD Kota Pematang Siantar masih berlangsung damai. Namun sesampainya di Polres Pematang Siantar, massa mendapat tindakan represif dari aparat kepolisian karena massa yang hendak membakar ban sebagai bentuk kekecewaannya.
Salah satu pengunjuk rasa dari PMII, Ardiansya, langsung diamankan polisi, kemudian Ardiansya dibebaskan setelah mendapat kecaman keras dari peserta aksi lainnya.
Lebih lanjut, Orator yang juga Ketua PMII Siantar Simalungun, Khairil Mansyah mengatakan, hal tersebut merupakan bentuk otoriter pihak kepolisian. Menurutnya, polisi harusnya melakukan pendekatan yang humanis dan presisi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua IMM Riski Nasution, menyebutkan adanya dugaan kecurangan pemilu sudah terjadi bahkan sebelum kontestasi dimulai, dan aksi demonstrasi ini kata Riski bukanlah yang pertama kali dilakukan IMM, apalagi saat mengkritisi wajah demokrasi saat ini.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua IMM Riski Nasution mengatakan, adanya dugaan kecurangan pemilu sudah terjadi sebelum kontestasi dimulai, dan Riski menyebut aksi demonstrasi ini bukan kali pertama dilakukan IMM, apalagi disaat mengkritisi wajah demokrasi saat ini.
“Aksi jilid kedua bersama massa dan penguatan konsolidasi lainnya akan kami lanjutkan, sembari terus melakukan upaya hukum lainnya seperti pelaporan dan sebagainya,” ujarnya.(tim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar