GASSTAMNEWS.COM -Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan berbagai langkah strategis untuk mengendalikan harga bawang merah yang naik pasca Idul Fitri.
Langkah strategis tersebut antara lain mengoptimalkan pasokan dari champion, mempercepat penanaman dengan memberikan bantuan benih di lokasi terdampak banjir, dan mengadakan Gelar Bawang Merah Murah untuk masyarakat.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Andi Muhammad Idil Fitri mengungkapkan, permintaan bawang merah menjelang dan setelah lebaran tahun ini cenderung lebih tinggi, sementara saat ini situasi pasar induk dan ritel masih belum stabil.
“Para pedagang banyak yang mudik. Tenaga kerja Rogol, pengirim, distributor, bandar hingga pengecer belum sepenuhnya beraktivitas normal sehingga pasokan belum bisa maksimal. Sementara permintaan di bulan Syawal masih cukup tinggi. Kondisi ini secara psikologis pasar langsung menjadi pemicu kenaikan harga,” kata Idil.
Menurut Idil, untuk pasar Jabodetabek masyarakat cenderung memilih bawang merah jenis Bima Brebes. Namun pada Februari-Maret, lebih dari 7.500 hektar lahan bawang merah di sepanjang Pantura Jawa seperti Brebes, Kendal, Demak, Pati, Grobogan, dan Probolinggo terdampak banjir. Bahkan, sekitar 2.500 hektare di antaranya mengalami puso atau mati sebelum mencapai usia panen.
“Kondisi tersebut membuat pasokan bawang merah jenis Bima Brebes dari sentra utama Jawa menjadi terganggu. Dalam 10 hari ke depan, kita prediksi harga sudah berangsur normal seiring dengan banyaknya panen di beberapa daerah sentra utama, seperti Solok, Enrekang, Bima, Bandung, dan Garut. Bulan Mei juga sudah ada jadwal panen raya di Nganjuk,” ujarnya.
“Untuk Brebes Raya diperkirakan juni sudah mulai panen kembali,” imbuhnya.
Terkait peran petani menghadapi kondisi kenaikan harga tersebut, Idil menyatakan petani ingin harga dan produksi selalu stabil, namun tetap menguntungkan, baik bagi petani maupun konsumen.
“Saat harga bagus, tentu momentum ini yang diharapkan para petani. Kita ingat, para petani bawang merah ini berbulan-bulan kemarin mengalami harga rendah, bahkan di bawah BEP. Namun, jika harga terlalu tinggi, petani juga tidak nyaman. Petani ingin harga yang wajar, stabil dan menguntungkan. Kondisi stabil akan memotivasi petani untuk terus menanam bawang merah,” jelas Idil.
Tidak hanya melakukan langkah stabilisasi harga, Direktorat Jenderal Hortikultura juga melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi bawang merah dalam negeri sehingga dapat memenuhi kebutuhan nasional.
“Ditjen Hortikultura terus mendorong peningkatan produksi dalam negeri, meskipun secara kumulatif tahunan produksi nasional kita setiap mencukupi bahkan surplus. Langkah-langkahnya antara lain melalui fasilitasi bantuan saprodi, penumbuhan sentra baru, dan sinergi pemasaran dengan champion. Kita juga dorong fasilitasi gudang penyimpanan yang dilengkapi cold storage melalui Dana Alokasi Khusus (DAK),” pungkas Idil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar